Breaking News

Siapah HAMAS sebenarnya?

HAMAS, akronim dari Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (bahasa Arab:حركة المقاومة الاسلامية , secara harfiah "Gerakan Perlawanan Islam", dan akronimnya sendiri berarti ‘ketekunan’), adalah sebuah gerakan dan partai politik Palestina berhaluan Islamis yang dibentuk pada tahun 1987. Gerakan ini secara khusus dibentuk untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Palestina. Pada tahun 2006, partai ini memenangkan pemilu parlemen Palestina. Sejak awal Februari 2007, kelompok ini terlibat konflik dengan kelompok Fatah, partai politik lain yang kalah dan berhaluan sekuler di Palestina.

Selain partai politik, HAMAS juga merupakan lembaga sosial (firqah ijtima’iyyah). Syekh Ahmad Yassin, seorang guru kelahiran 1 Januari 1929, yang mencatatkan organisasi Hamas ini secara legal di Israel pada 1978. Pada awalnya, Hamas adalah akronim dari Harakah Mujama al-Islami, yakni organisasi Islami yang berhaluan sosial kemasyarakatan. Ia berpijak ke Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan al-Banna pada 1928 di Mesir. Pemerintah Israel kala itu justru menyokong Hamas, yang hanya berkutat di bidang sosial, moral, dan pendidikan. Bahkan Tel Aviv memanfaatkan Hamas untuk menyaingi kepopuleran Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat.

Berkembang sebagai organisasi sosial, Hamas diam-diam juga berkembang sebagai organisasi bersenjata. Hal ini baru terkuak di akhir 1987. Yassin, alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, meluncurkan Harakat Muqawama al-Islamiya — disingkat Hamas — yang berarti Gerakan Perlawanan Islam.

Tujuan pendirian Hamas dicantumkan di aktanya: "mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi Palestina". Dengan kata lain: melenyapkan bangsa Israel dari Palestina dan menggantinya dengan negara Islam. Hamas baru ini dibidani Yassin dan tujuh orang berpendidikan tinggi: Abdul Aziz al-Rantissi (dokter spesialis anak), Abdul Fatah Dukhan dan Muhammad Shamaa (keduanya guru), Isa Nashar dan Abu Marzuq (insinyur mesin), Syekh Salah Silada (dosen), dan Ibrahim al-Yazuri (farmakolog).

Perjuangan Intifadah

Terdorong keinginan untuk mempertahankan wilayah kediaman yang tetap, sejak tahun 1987, rakyat Palestina melakukan Intifadah, yaitu sikap mempertahankan diri sekaligus mempertahankan wilayahnya atas pengusiran-pengusiran yang dilakukan Israel. Bentuk-bentuk intifadah antara lain: melempar tentara Israel dan tank-tanknya dengan batu, melempar dengan bom molotov, boikot atas berbagai produk Israel, tidak membayar pajak maupun cukai, pengunduran diri secara massal para pegawai Arab yang ditunjuk oleh Pemerintah Israel, dan pemogokan periodik. Gerakan Intifadah ini mendapat dukungan luas terutama dari Pemerintah negara di Timur Tengah, dikarenakan Israel terus menerus menebar teror kepada rakyat Palestina. Sejak itu, sayap-sayap militer Hamas beroperasi secara terbuka. Mereka meluncurkan sejumlah serangan balasan—termasuk bom bunuh diri—ke kubu Israel.

Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Deklarasi Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai". Hamas tidak menyetujui perjanjian ini.

Pada Januari 2006, Hamas melangkah ke arena politik formal. Secara mengejutkan, mendulang kemenangan—meraih 76 dari 132 kursi dalam pemilihan anggota parlemen Palestina. Hamas mengalahkan Fatah, partai berkuasa sebelum pemilu saat itu. Kabinet yang didominasi orang Hamas terbentuk.

Mengapa Hamas bisa memenangakan Pemilu di Palestina, meskipun menurut logika awam, gerakan Hamas dianggap terlalu konservatif? Adalah karena konsistensi Hamas dalam memperjuangkan hak-hak warga Palestina. Bukan hanya muslim, yang non-muslim pun mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya warga yang lain. Hamas secara kontinyu memberikan pelayanan-pelayanan sosial, seperti mengupayakan lobi ke PBB untuk mendirikan sekolah, memberi perhatian penuh kepada kualitas kesehatan, termasuk melobi Israel untuk membolehkan warganya dirawat di rumah sakit di Israel, dan banyak hal lainnya. Inilah yang tidak diberikan oleh partai politik lain di Palestina, termasuk Fatah.

Walaupun dianggap konservatif dan diberi cap sebagai teroris oleh AS, Israel, dan sejumlah negara Barat, Hamas sangat memesona rakyat Palestina karena strategi perjuangannya. Hamas memiliki tiga strategi untuk mendukung tercapainya tujuan perjuangan. Pertama, aktivitas kesejahteraan sosial-ekonomi bagi rakyat untuk membangun dukungan dari rakyat. Kedua, aktivitas politik untuk menandingi PLO yang sekuler dan Otoritas Palestina. Ketiga, melakukan perlawanan bersenjata terhadap Israel, termasuk dengan bom bunuh diri. Dengan mengembangkan ketiga strategi itu, terutama yang pertama, mereka mampu meraih simpati dan dukungan rakyat Palestina dalam pemilu.

Sumber keuangan untuk membiayai pemerintahan yang dipegang Hamas berasal dari negara-negara Timur Tengah, Lembaga Islam, serta tokoh perseorangan yang bersimpati dengan perjuangan negara ini. Sebelumnya, Pelestina mendapatkan sumber keuangan dari hasil pajak yang dibagikan oleh Israel. Namun sejak beberapa waktu lalu, kucuran dana dihentikan secara sepihak oleh pihak Israel atas persetujuan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa kucuran dana yang diberikan akan digunakan bagi kegiatan perlawanan terhadap Israel oleh Hamas.

Kemenangan Hamas dalam pemilu merupakan bukti bahwa mereka memiliki pijakan kuat di tengah masyarakat. Dominasi mereka di Jalur Gaza pun menegaskan hal itu. Karya sosial dan kemasyarakatan mereka di tengah masyarakat Palestina merupakan salah satu daya pemikat dukungan rakyat. Lewat jaringan organisasi yang luas, kalangan ulama, mahasiswa, intelektual, organisasi kemasyarakatan lainnya, mereka mendapatkan dukungan dan legitimasi rakyat.

Dukungan dalam hal dana, misalnya, mengalir dari sejumlah negara. Mengutip Matthew Levitt, uang dalam jumlah jutaan dollar AS mengalir dari para donatur di Jordania, Qatar, Kuwait, Arab Saudi, Inggris, Jerman, AS, Uni Emirat Arab, Italia, dan Perancis. Sejumlah negara Arab pun mendukung Hamas, misalnya Arab Saudi, Iran, Suriah, Lebanon, Libya, Sudan, Yaman, dan Qatar. Dukungan yang mereka berikan bermacam-macam, ada yang berupa dukungan dana, latihan militer, atau menjadi tempat berlindung tokoh-tokoh Hamas yang dikejar-kejar Israel.

Lalu, mampukah Israel mengalahkan Hamas? Tentu saja. Perlu dicatat, tidak semua orang Palestina bisa bergabung sebagai anggota Hamas. Seorang pemuda yang tidak pernah meninggalkan salat fardhu berjamaah, terutama subuh, adalah kandidat terkuat anggota Hamas. Barangkali Israel bisa menghancurkan infrastruktur yang digunakan sebagai alat perjuangannya. Namun, jaringan dan terutama ideologi perlawanan mereka tidak dapat dihancurkan. Karena terbukti, keimanan yang kuat dalam hati dan teruji keistiqamahannya tak kan begitu saja terenggut, tak kan begitu saja tercerai berai.

Allahu ghoyatuna. “Keep hamasah!”

Baca juga : Latar belakang konflik israel-palestine di gaza

Related Post:

Posted by: Tri Denda
Tri Denda - Berbagi Itu Asyik Updated at: 11:40 pm

No comments:

Post a Comment

Berkomentar sesuai judul artikel dan tidak disingkat.
Kritik dan saran juga boleh asal sifatnya membangun!!

 
Desain Oleh Tri Denda